Senin, 26 November 2012

metode penelitian 3 : LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

  1. PENGERTIAN TEORI
Teori adalah alur logika atau penalaran yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun  secara sistematis. Ada tiga fungsi teori, yaitu: untuk (1) menjelaskan (explanation), (2) meramalkan (prediction), dan (3) pengendalian (control) suatu gejala.

Contoh:
            Mengapa besi kalau kena panas memuai? Dapat dijawab dengan teori yang berfungsi menjelaskan. Kalau besi dipanaskan sampai 75 derajat C, berapa pemuaiannya?
Dapat dijawab dengan teori yang berfungsi meramalkan. Selanjutnya, berapa jarak sambungan rel kereta api yang paling sesuai dengan kondisi iklim Indonesia sehingga kereta api jalannya nyaman tidak terganggu oleh sambungan rel? Dapat dijawab dengan teori yang berfungsi mengendalikan.

Setiap teori akan mengalami perkembangan, dan perkembangan itu terjadi apabila teori sudah tidak relevan dan kurang berfungsi lagi untuk mengatasi masalah.


Mengapa pendidikan di Indonesia belum menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, dapat dijelaskan melalui teori yang berfungsi menjelaskan. Setelah SDM tidak berkualitas, bagaimana akibatnya terhadap perekonomian dan iptek nasional, dijawab dengan teori yang berfungsi prediktif. Supaya pendidikan di Indonesia dapat menghasilkan SDM yang berkualitas, dijawab dengan teori yang berfungsi pengendalian

  1. TINGKATAN DAN FOKUS TEORI
Numan (dalam Sugiyono, 2008) mengatakan bahwa tingkatan teori dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: micro, meso, dan macro.
  • Level teori micro maksudnya: memerlukan hanya sedikit waktu, tempat, dan sejumlah orang. Konsep, biasanya tidak terlalu abstrak.
  • Level teori meso maksudnya: mencoba menarik benang merah antara micro dan macro. Contoh: teori organisasi dan gerakan sosial, atau komunitas tertentu.
  • Level teori macro: berkenaan dengan hal-hal yang  operasional seperti lembaga sosial, sistem budaya secara keseluruhan, dan keseluruhan masyarakat. Level ini banyak menggunakan konsep dan abstract.

Selanjutnya, Numan mengatakan bahwa fokus teori dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: teori substantif, teori formal, dan teori pertengahan (antara):
  • Teori substantif adalah pengembangan dari hal-hal yang khusus, seperti: aksi pemogokan kerja, kelompok anak nakal, perceraian, atau pertentangan antar golongan.
  • Teori formal adalah konsep yang global di dalam ilmu umum, seperti penyimpangan – penyimpangan dalam bidang sosial dan kekuasaan.
  • Teori pertengahan (antara) adalah sedikit lebih abstrak. Bentuknya dapat formal. Biasanya digunakan didalam ilmu sosiologi.

Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data adalah teori substantif, karena teori ini lebih fokus berlaku untuk obyek yang diteliti.


  1. KEGUNAAN TEORI DALAM PENELITIAN
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, oleh karena itu teori akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang akan diteliti., sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian.Untuk itu maka landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai. Untuk ini, maka harus dipahami konsep ”Pohon Teori”.

Jika diambil contoh dari Ilmu Pendidikan, maka teori- teori pendidikan dapat disusun dalam bentuk pohon ilmu pendidikan . Akar dari ilmu pendidikan dikembangkan dari: ilmu tingkah laku, biologi, fisiologi, psikologi, sosiologi, antropology, ekonomi. Selain itu juga dikembangkan dari pengalaman empiris praktek pendidikan sekolah dan luar sekolah. Cita – cita hidup, agama, hukum, konstitusi, sejarah, dan adat istiadat juga digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu pendidikan. Lihat gambar 1.

Fungsi teori dalam kegiatan penelitian, menurut Sugiyono (2008) adalah yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang akan diteliti. Fungsi yang kedua, adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena hipotesis itu adalah pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya, fungsi yang ketiga adalah digunakan untuk membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya memecahkan masalah.

Dalam bab tentang proses penelitian dapat dilihat bahwa untuk dapat mengajukan hipotesis, maka peneliti harus membaca buku-buku dan hasil penelitian yang relevan, lengkap dan mutakhir. Membaca buku adalah prinsip berpikir deduksi dan membaca hasil penelitian adalah prinsip berpikir induksi.

Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan kerangka berpikir, sehingga dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.


  1. DESKRIPSI TEORI

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan atau dideskripsikan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti.

Contoh:
Jika dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel bebas dan satu variabel terikat, maka kelompok teori yang harus dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan variabel bebas ada tiga dan kelompok teori yang berkenaan dengan variabel terikat ada satu buah.

Isi deskripsi teori meliputi: penjelasan terhadap variabel – variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup , kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.

Teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian dapat digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan konteks yang diteliti atau tidak. Variabel penelitian yang tidak dapat dijelaskan dengan baik, yang meliputi: pengertian,
kedudukan dan hubungan antar variabel, menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian.

Untuk menguasai teori, maupun generalisasi – generalisasi dari hasil penelitian, maka peneliti harus rajin membaca. Orang harus membaca dan membaca, dan menelaah yang dibaca itu setuntas mungkin agar ia dapat menegakkan landasan yang kuat bagi langkah – langkah berikutnya. Membaca merupakan ketrampilan yang harus dikembangkan dan dipupuk.

Untuk dapat membaca dengan baik, maka peneliti harus mengetahui sumber – sumber bacaan. Sumber bacaan dapat berbentuk: buku teks, kamus, ensiklopedia, journal ilmiah dan hasil – hasil penelitian. Bila peneliti tidak memiliki sumber – sumber bacaan sendiri, maka dapat memanfaatkan perpustakaan , baik perpustakaan lembaga formal, maupun perpustakaan pribadi.

Sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga kriteria, yaitu: relevansi, kelengkapan, dan kemutakhiran (kecuali penelitian sejarah yang justru menggunakan bacaan lama). Relevansi berkenaan dengan kecocokan antara variabel yang diteliti dengan teori yang dikemukakan. Kelengkapan, berkenaan dengan banyaknya sumber yang dibaca. Kemutakhiran berkenaan dengan dimensi waktu. Makin baru sumber yang dibaca, maka makin mutakhir teori yang disajikan.

Hasil penelitian yang relevan bukan berarti sama persis dengan keadaan yang diteliti, tetapi masih dalam lingkup yang sama. Secara teknis, hal – hal yang sama tersebut  adalah: permasalahan yang diteliti, waktu penelitian, tempat penelitian, sampel penelitian, metode penelitian, analisis, dan kesimpulan.
Misal penelitian yang lalu, melakukan penelitian tentang penjualan sepeda motor di Jawa Timur dan peneliti berikutnya, melakukan penelitian serupa tetapi di Jawa Tengah. Jadi hanya beda lokasi. Oleh karena itu peneliti kedua ini dapat menggunakan referensi hasil penelitian yang pertama.

Langkah untuk dapat mendiskripsikan teori dengan baik adalah sebagai berikut:
  1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
  2. Cari sumber buku bacaan (seperti: buku, kamus, ensiklopedia, journal ilmiah, laporan penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi.) sebanyak -  banyaknya dan relevan dengan setiap variabel yang diteliti.
  3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang akan diteliti.
  4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, kemudian bandingkan dengan sumber lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
  5. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti, lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
  6. Deskripsikan teori – teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Kemudian cantumkan sumber bacaan dari setiap buku yang dibaca.


    1. KERANGKA BERPIKIR

Uma Sekaran (Dalam Sugiyono, 2008) mengatakan bahwa Kerangka Berpikir adalah suatu model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting. Untuk menggambarkan konsep kerangka berpikir ini, disampaikan gambar sebagai berikut: (Gambar 2)

  1. Menetapkan variabel yang diteliti.
Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka berpikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah nama setiap variabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan.

  1. Membaca buku hasil penelitian (HP).
Setelah variabel ditentukan , maka langkah berikutnya adalah membaca buku – buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku – buku yang dibaca dapat berbentuk teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah: laporan penelitian, journal ilmiah, skripsi, tesis dan disertasi.

  1. Deskripsi teori dan hasil penelitian (HP).
Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori – teori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Deskripsi teori berisi tentang definisi  terhadap masing –masing variabel yang diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel, dan kedudukan antara variabel satu dengan yang lain.
   4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori – teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji apakah teori – teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul – betul  sesuai dengan obyek penelitian atau tidak, karena sering terjadi teori – teori yang berasal dari luar tidak sesuai dengan kondisi di dalam negeri.

  1. Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian.
Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain. Melalui analisis komparitif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas.

  1. Sintesa kesimpulan
Melalui analisis kritis dan komparatif thdp teori-teori dan hasil penelitian yg relevan dgn semua variabel yg diteliti, selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dgn variabel yang lain akan mengahasilkan kerangka berpikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.

  1. Kerangka Berpikir
Setelah sintesa atau kesimpulan sementara dapat dirumuskan maka selanjutnya dapat disusun kerangka berpikir. Kerangka berpikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka berpikir yang asosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan. Kerangka berpikir asosiatif dapat menggunakan kalimat: jika begini maka akan begitu; Jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi. Jika kepemimpinan kepala sekolah baik, maka iklim kerja sekolah akan baik. Jika kebijakan pendidikan dilaksanakan secara baik dan konsisten, maka kualitas SDM di Indonesia akan meningkat pada gradasi yang tinggi.

  1. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis. Bila kerangka berpikir berbunyi ”jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi”, maka hipotesisnya berbunyi ”ada hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi guru dengan hasil belajar”. Bila kerangka berpikir berbunyi karena lembaga pendidikan A menggunakan teknologi pembelajaran yang tinggi, maka kualitas hasil belajar akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga pendidikan B yang teknologi pembelajarannya rendah. Hipotesisnya akan berbunyi: ”Terdapat perbedaan kualitas hasil belajar yang signifikan antara lembaga pendidikan A dan B, atau hasil belajar lembaga pendidikan A lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga pendidikan B”

Selanjutnya, Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2008) menengarahi bahwa kerangka berpikir yang baik, memuat hal – hal sebagai berikut:
  • Variabel – variabel yang akan diteliti harus dijelaskan.
  • Diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan hubungan antar variabel yang diteliti, dan teori yang mendasari.
  • Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar variabel itu positif atau negatip, berbentuk simetris, kausal atau interaktif (timbal balik).
  • Kerangka berpikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram (paradigma penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka berpikir yang dikemukakan.


    1. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban itu baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.Tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian harus mempunyai hipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif dan deskriptif sering tidak perlu merumuskan hipotesis.

Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kualitatif tidak merumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat menemukan hipotesis. Hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Hipotesis yang diuraikan di atas adalah hipotesis penelitian. Disamping itu ada yang dinamakan hipotesis statistik. Hipotesis statistik adalah hipotesis yang dalam proses penelitiannya bekerja dengan sampel. Jadi, jika penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik.
Contoh:
Pada penelitian yang dilakukan terhadap seluruh populasi, maka muncul hipotesis penelitian tetapi tidak memiliki hipotesis statistik.

Di depan telah diuraikan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang didasarkan pada teori-teori yang relevan, hipotesis ini, yang akan diuji dinamakan hipotesis kerja, sedangkan hipotesis lawannya, yaitu hipotesis yang dirumuskan karena teori yang digunakan masih diragukan kehandalannya, dinamakan hipotesis nol (nihil).

Perbedaan antara hipotesis penelitian dan hipotesis statistik lebih jelas dilukiskan dalam gambar 3 – 03 dan gambar 4 – 03.  
Contoh Hipotesis Penelitian

1.      Kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa program studi X di Politeknik  itu rendah (hipotesis deskriptif untuk populasi, hipotesis ini sering tidak dirumuskan dalam penelitian sosial).
2.      Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar antara mahasiswa program studi X dan Y. (Hipotesis komparatif, untuk populasi).
3.      Ada hubungan positif antara penghasilan orang tua mahasiswa, dengan fasilitas belajar yang diberikan kepada mahasiswa tersebut. (Hipotesis asosiatif, untuk populasi).

Gambar 4 – 03 menjelaskan hubungan antara hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis statistik diperlukan untuk membuktikan apakah hipotesis yang hanya diuji dengan data sampel itu dapat diberlakukan untuk populasi atau tidak. Dalam pembuktian ini akan muncul istilah signifikansi dari pengujian. Signifikan artinya hipotesis penelitian yang telah terbukti pada sampel itu (baik deskriptif, komparatif, maupun asosiatif) dapat diberlakukan ke populasi.
 
Contoh hipotesis penelitian yang mengandung hipotesis statistik.
1.      Ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar rata-rata dalam sampel dan dalam populasi. Prestasi belajar anak paling tinggi mendapat nilai 6,5 (hipotesis deskriptif, sering tidak dirumuskan dalam penelitian).

2.      Terdapat perbedaan yang signifikan antara semangat belajar anak dari keluarga petani dan nelayan (hipotesis komparatif, petani dan nelayan adalah sampel).

3.      Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kerajinan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada Politeknik A. (Hipotesis hubungan/asosiatif, data dari Politeknik diambil dengan sampel).

Didepan sudah diuraikan bahwa hipotesis penelitian dibedakan atas hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipotesis kerja dinyatakan dalam kalimat positif, dan hipotesis nol dinyatakan dalam kalimat negatif.

Dalam statistik dikenal dua macam hipotesis yaitu: hipotesis kerja dan hipotesis alternatif (hipotesis alternatif tidak sama dengan hipotesis kerja). Prosedur pengujiaan hipotesis dalam penelitian biasanya disusun sebagai berikut:
  1. Uji terlebih dahulu hipotesis penelitian, terutama hipotesis kerjanya.
  2. Bila penelitian itu akan membuktikan apakah hasil pengujian hipotesis itu signifikan atau tidak, maka diperlukan hipotesis statistik.
  3. Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah statistik inferensial. Statistik yang bekerja dengan data populasi adalah statistik deskriptif.
  4. Dalam hipotesis statistik, yang diuji adalah hipotesis nol, yaitu hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan antara data sampel dan data populasi. Mengapa peneliti menguji hipotesis nol? Karena peneliti berharap tidak ada perbedaan antara sampel dan populasi atau antara statistik dan parameter. Jika ada, diharapkan perbedaannya kecil. Parameter adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan populasi, sementara statistik adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan sampel.

1.      Bentuk – bentuk hipotesis.
Bentuk hipotesis penelitian terkait erat dengan rumusan masalah penelitian. Berdasarkan tingkat eksplanasinya maka hubungan antara rumusan masalah penelitian dengan bentuk hipotesisnya dapat ditunjukkan dalam tabel 1 – 03 berikut.
  1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh:
1)      Rumusan masalah deskriptif.
a)      Berapa lama daya tahan petugas keamanan Bank X berdiri per hari, dalam menyapa para nasabah yang memasuki bank tersebut?
b)      Seberapa besar semangat belajar mahasiswa Politeknik Y?

2)      Hipotesis Deskriptif.
Berdasarkan hasil pengamatan beberapa waktu yang lalu terhadap daya tahan ”berdiri” seluruh petugas keamanan Bank X (populasi), diperoleh hasil sebesar 6 jam/ hari.

Selanjutnya, hipotesis nol (Ho) akan berbunyi sebagai berikut:
Daya tahan berdiri petugas keamanan Bank X (sampel) sama dengan 6 jam/hari.” Ini berarti daya tahan berdiri petugas keamanan Bank X yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda secara signifikan dengan daya tahan yang ada pada populasi.

Rumusan hipotesis alternatif adalah sebagai berikut:
Daya tahan berdiri petugas keamanan Bank X ≠ 6 jam/ hari.” Tidak sama (≠) berarti mungkin lebih besar atau mungkin lebih kecil dari 6 jam/ hari.

3)      Hipotesis Statistik (hanya ada bila berdasarkan data sampel).
Ho:    µ = 6 jam/ hari.
Ha:    µ ≠ 6 jam/ hari. 
µ  =   Adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui sampel.
              
Untuk rumusan masalah 1) b) hipotesis nolnya (Ho) dapat berbentuk demikian:
a)      Semangat belajar mahasiswa Politeknik Y = 75 % dari kriteria ideal yang ditetapkan.
b)      Semangat belajar mahasiswa Politeknik Y, paling sedikit 60 % dari kriteria ideal yang ditetapkan ( ≥ ).
c)      Semangat belajar mahasiswa Politeknik Y, paling banyak 60 % dari kriteria ideal yang ditetapkan (≤) .

Lazimnya, hipotesis yang diajukan hanya satu, dan hipotesis mana yang dipilih tergantung pada teori dan pengamatan pendahuluan yang dilakukan pada obyek. Hipotesis alternatif masing-masing adalah sebagai berikut:
a)      Semangat belajar mahasiswa Politeknik Y ≠ 75 %.
b)      Semangat belajar mahasiswa Politeknik Y > 75 %.
c)      Semangat belajar mahasiswa Politeknik Y < 75 %.

Hipotesis statistik hanya ada jika berdasarkan data sampel. Hipotesis ini dapat ditulis sebagai berikut:

a)      Ho:   p = 75 %
Ha:   p ≠ 75 %

b)      Ho:   p ≥ 75 %
Ha:   p < 75 %

c)      Ho:  p ≤ 75 %
Ha:  p > 75 %

       p =  hipotesis berbentuk prosentase.

Teknik statistik yang digunakan untuk menguji ketiga hipotesis tersebut tidak sama. Cara pengujian hipotesis akan disajikan pada Bab tersendiri, yaitu Bab tentang Analisa Data.


  1. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama, tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda. Atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh:

1)      Rumusan Masalah Komparatif
Bagaimanakah prestasi belajar mahasiswa Politeknik X  bila dibandingkan dengan Politeknik Y ?

2)      Hipotesis Komparatif
Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat disampaikan tiga model hipotesis nol dan hipotesis alternatif sebagai berikut:

Hipotesis Nol.
a)      Ho:   Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar antara mahasiswa Politeknik X
         dan Politeknik Y. Atau terdapat persamaan prestasi belajar antara mahasis-
         wa Politeknik X dan Y.

b)      Ho:   Prestasi belajar mahasiswa Politeknik X lebih besar atau sama dengan (≥)
         Politeknik Y.

c)      Ho:   Prestasi belajar mahasiswa Politeknik X lebih kecil atau sama dengan (≤)
         Politeknik Y.

Hipotesis Alternatif.
a)      Ha:   Prestasi belajar mahasiswa Politeknik X lebih besar atau lebih kecil (≠) dari
         Politeknik Y.

b)      Ha:   Prestasi belajar mahasiswa Politeknik X lebih kecil dari pada (<) Politeknik
         Y.

c)      Ha:   Prestasi belajar mahasiswa Politeknik X lebih besar dari pada (>) Politeknik
         Y.

3)      Hipotesis Statistik dapat dirumuskan sebagai berikut:

a)      Ho:   µ1 = µ2
Ha:   µ1 ≠ µ2

b)      Ho:   µ1 ≥ µ2
Ha:   µ1 < µ2

c)      Ho:   µ1 ≤ µ2
Ha:   µ1 > µ2

µ1  =  rata – rata (populasi) produktivitas karyawan Politeknik X.
µ2  =  rata – rata (populasi) produktivitas karyawan Politeknik Y.


  1. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.

1)      Rumusan Masalah Asosiatif.
Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan Direktur suatu perusahaan dengan iklim kerja di perusahaan tersebut ?

2)      Hipotesis Penelitian.
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan Direktur suatu perusahaan dengan iklim kerja di perusahaan tersebut.

3)      Hipotesis Statistik.
Ho:   p = 0. ................. = 0, berarti tidak ada hubungan.
Ho:   p ≠ 0. ................. ≠ 0, berarti lebih besar atau kurang dari 0.

p  = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.




2.      Paradigma Penelitian, Rumusan Masalah , dan Hipotesis
Pada bab 02 telah diuraikan tentang paradigma penelitian. Berdasarkan paradigma penelitian ini peneliti dapat: merumuskan masalah, dilanjutkan dengan hipotesis penelitian. Kemudian, rumusan masalah dan hipotesis penelitian ini dapat menjadi panduan dalam pengumpulan data dan analisis.

Pada setiap paradigma penelitian minimal terdapat satu rumusan masalah penelitian, yaitu masalah deskriptif. Uraian berikut ini adalah contoh: Judul Penelitian, Paradigma, Rumusan Masalah, dan Hipotesis Penelitian.

a.      Judul Penelitian.
Hubungan gaya kepemimpinan Direktur dengan prestasi belajar mahasiswa Politeknik A. {Gaya kepemimpinan adalah variabel bebas  atau independent (x), sedangkan, prestasi belajar adalah variabel terikat atau dependent (y)}.

 b. Paradigma Penelitian  
a.      Rumusan Masalah
1)      Seberapa baik gaya kepemimpinan Direktur Politeknik A (Bagaimana X ?).

2)      Seberapa baik prestasi belajar mahasiswa Politeknik A ? (Bagaimana Y ?).

3)      Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan Direktur dengan prestasi belajar mahasiswa Politeknik A ? (Adakah hubungan antara X dengan Y ?).

4)      Bila sampel penelitiannya adalah para Dosen dan karyawan, maka rumusan masalah komparatif adalah sebagai berikut:
Ø  Adakah perbedaan persepsi antara para dosen, dan karyawan tentang gaya kepemimpinan Direktur Politeknik A?
Ø  Adakah perbedaan persepsi antara para dosen, dan karyawan tentang prestasi belajar mahasiswa Politeknik A ?

b.      Rumusan Hipotesis Penelitian
1)      Gaya kepemimpinan Direktur (X) Politeknik A ditampilkan kurang baik, dan nilainya paling tinggi 60 % dari kriteria yang diharapkan.

2)      Prestasi belajar (Y) mahasiswa Politeknik A kurang memuaskan, dan nilainya paling tinggi 65.

3)      Terdapat hubungan yang positip dan signifikan antara gaya kepemimpinan Direktur dengan prestasi belajar mahasiswa Politeknik A. Artinya, makin baik gaya kepemimpinan Direktur, maka makin baik prestasi belajar mahasiswa.

4)      Rumusan hipotesis komparatif adalah:

Ø  Terdapat perbedaan persepsi tentang gaya kepemimpinan Direktur antara para dosen dan karyawan Politeknik A.

Ø  Terdapat perbedaan persepsi tentang prestasi belajar mahasiswa antara para dosen dan karyawan Politeknik  A.

Untuk dapat diuji dengan statistik, maka data yang diperoleh harus diangkakan. Untuk itu, maka diperlukan instrumen yang memiliki skala pengukuran. Untuk judul di atas, ada dua instrumen yang digunakan yaitu:
  • Instrumen gaya kepemimpinan, dan
  • Instrumen prestasi belajar mahasiswa.

Judul penelitian yang berisi dua atau lebih variabel bebas (independent), rumusan penelitiannya akan lebih banyak, begitu juga rumusan hipotesisnya (lihat bagian paradigma penelitian dan bab Analisis Data).


3.      Karakteristik Hipotesis Yang Baik

Rumusan hipotesis yang baik hendaknya memenuhi karakteristik sebagai berikut:

1)      Merupakan dugaan terhadap  variabel mandiri (bebas), perbandingan keadaan  variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih (Pada umumnya hipotesis deskriptif tidak dirumuskan).

2)      Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran.

Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode ilmiah.  

3 komentar: