A.
PROSES
PENELITIAN KUANTITATIF
Sugiyono (2011)
mengidentifikasikan bahwa alur proses penelitian kuantitatif yang lazim
digunakan adalah seperti gambar 2.1 berikut:
Gambar
2.1. Langkah-langkah penelitian kuantitatif
Sumber:
Sugiyono (2011), Metode Penelitian
Kombinasi (Mixed Methods), Bandung: Penerbit
Alfabeta CV, Cetakan ke -1.
Dari
gambar 2.1 tersebut, Sugiyono menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
1.
Setiap
penelitian selalu berangkat dari masalah atau potensi. Dalam penelitian
kuantitatif, masalah itu harus sudah jelas dan ditunjukkan dengan data yang
valid. Setelah masalah tersebut diidentifikasikan dan dibatasi, selanjutnya
masalah itu dirumuskan. Rumusan masalah pada umumnya dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Dengan pertanyaan
ini maka akan dapat memandu peneliti untuk kegiatan penelitian selanjutnya.
Gambar 02 – 6 Paradigma sederhana
Paradigma Ganda dengan satu variabel independen
dan dua dependen
Paradigma Jalur
Gambar 02 – 12 menunjukkan
bahwa siswa yang berasal dari status social ekonomi tertentu X1, tidak dapat
langsung mencapai prestasi belajar yang tinggi Y (korelasi 0,33) tetapi harus
melalui peningkatan motif berprestasi X3 (r = 0,41) dan baru dapat mencapai
prestasi Y (r = 0,50). Tetapi, bila siswa mempunyai IQ yang tinggi (X2) maka
mereka dapat langsung mencapai prestasi Y dengan r = 0,57. Contoh tersebut
diberikan oleh Kerlinger.
2.
Berdasarkan
rumusan masalah tersebut, maka peneliti menggunakan berbagai teori untuk menjelaskan
dan menjawabnya. Jadi teori dalam penelitian kuantitatif ini digunakan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian itu.
3.
Jawaban
terhadap rumusan masalah yang baru menggunakan teori tersebut dinamakan hipotesis, maka hipotesis dapat
diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
Hipotesis, yang masih merupakan jawaban sementara tersebut, perlu dibuktikan
kebenarannya secara empiris berdasarkan data dari lapangan.
4.
Untuk
itu peneliti melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan pada
populasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti. Bila populasi terlalu
luas, sedangkan peneliti memiliki keterbatasan waktu, dana dan tenaga, maka
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Jika peneliti
bermaksud membuat generalisasi, maka sampel yang diambil harus representative dengan
tingkat kesalahan tertentu.
5.
Meneliti
adalah mencari data yang akurat. Untuk itu peneliti perlu menggunakan instrumen
penelitian. Dalam ilmu – ilmu alam, teknik, dan ilmu-ilmu empiric lainnya,
instrument itu sudah tersedia seperti: thermometer, timbangan, meteran. Tetapi,
dalam penelitian social, instrument itu harus dibuat dan diuji validitas serta
realibilitasnya. Untuk itu, sebelum instrument digunakan maka harus diuji
validitas dan reliabilitasnya.
6.
Setelah
instrument teruji validitas dan reliabilitasnya, maka dapat digunakan untuk
mengukur variable yang telah ditentukan untuk diteliti. Instrumen untuk
pengumpulan data dapat berbentuk tes dan non tes. Untuk instrument yang
berbentuk nontes, dapat menggunakan: kuisioner, pedoman observasi, dan wawancara.
7.
Data
yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis diarahkan untuk menjawab
rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian kuantitatif,
analisis data menggunakan statistic.
Statistik yang digunakan dapat berupa statistic
deskriptif dan statistic inferensial
atau induktif. Statistik inferensial dapat
berupa statistic parametris dan statistic non parametris. Peneliti menggunakan
statistic inferensial bila penelitian dilakukan pada sample yang diambil secara
random.
8.
Data
hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data
dapat menggunakan: table, table distribusi frekwensi, grafik lurus, grafik
batang, piechart dan pictogram. Pembahasan terhadap hasil penelitian merupakan
penjelasan yang rasional dan mendalam serta interprestasi terhadap data – data
yang telah disajikan.
9.
Setelah
hasil penelitian diberikan pembahasan, selanjutnya dapat disimpulkan.
Kesimpulan berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah berdasarkan
data yang telah terkumpul. Jadi kalau rumusan masalah ada lima, maka
kesimpulannya juga ada lima. Peneliti melakukan penelitian bertujuan untuk
memecahkan masalah, oleh karena itu maka peneliti berkewajiban untuk memberikan
saran – saran. Melalui saran – saran tersebut diharapkan masalah dapat
dipecahkan. Saran yang diberikan harus berdasarkan kesimpulan hasil penelitian.
10.
Apabila
hipotesis penelitian yang diajukan tidak terbukti, maka perlu dicek apakah ada
yang salah dalam penggunaan teori, instrumen, pengumpulan data, analisis data,
atau rumusan masalah yang diajukan.
A.
KONSEP
DALAM PENELITIAN
Ada
tiga konsep yang harus dikuasai peneliti dan calon peneliti sebelum melakukan
penelitian. Konsep tersebut adalah:
1. Peneliti
harus menguasai substansi bidang yang akan diteliti.
Contoh: Jika seorang
ingin meneliti tentang penyakit “diare”,
berarti orang tersebut harus memahami banyak hal tentang penyakit diare. Jika
tidak, maka dapat dipastikan yang bersangkutan akan banyak mengalami kesulitan
dalam mengidentifikasi variable-variabel yang akan diteliti atau diukur.
2. Peneliti
harus menguasai metodologi penelitian. Maksudnya peneliti harus memahami metode
apa yang digunakan dalam penelitiannya. Cara atau tehnik apa yang digunakan
dalam penelitiannya. Siapa yang akan diteliti? Pemahaman ini dapat dipelajari
dengan membaca buku – buku tentang metode penelitian.
3. Seorang
peneliti harus menguasai “teknik
pengolahan data”. Ini berarti bahwa peneliti harus memahami bagaimana cara
mengolah data hasil penelitian, baik data “kuantitatif”
maupun data “kualitatif”. Pemahaman
ini dapat dilakukan dengan membaca buku tentang “statistic” untuk penelitian “kuantitatif”
dan lainnya.
Sebelum
melakukan penelitian, disarankan agar peneliti melakukan “studi pendahuluan”,
dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan bidang yang
akan diteliti. Dengan studi pendahuluan ini
dapat diketahui apakah masalah yang timbul tersebut perlu dilanjutkan
dengan penelitian apa tidak.
B.
MASALAH
Sugiyono (2011),
Riyanto (2011) dan Istijanto (x) sependapat bahwa suatu penelitian dilakukan
dalam rangka memecahkan suatu masalah. Emory (dalam Sugiyono,2011) bahkan
mempertajam pendapat tersebut. Dia mengatakan bahwa penelitian yang dimaksud
adalah “penelitian murni” dan “penelitian terapan”.
Selanjutnya
perlu dipahami apa yang dimaksud dengan “masalah” dalam suatu penelitian. Untuk
itu Sugiyono, Riyanto dan Istijanto sepakat bahwa masalah adalah kesenjangan
(gap) antara sesuatu yang seharusnya dan apa yang benar – benar terjadi, antara
teori (Standar Operasional Prosedur) dengan apa yang terjadi atau faktanya,
antara aturan dan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Atau kalau
menggunakan istilah asing, masalah adalah kesenjangan antara “das sallen”
dengan “das sein”.
Contoh
kasus 1.
Pada Politeknik A
jumlah pegawai telah disesuaikan dengan jumlah mahasiswa yang baru diterima ditambah
mahasiswa lama sehingga mereka diharapkan dapat melayani mahasiswa dengan baik
sesuai standar / aturan yang ada.
Tetapi, di lingkungan mahasiswa masih ada klaim yang menyatakan mereka belum
puas dengan pelayanan yang dilakukan oleh para pegawai.
Kasus
ini dapat kita rinci sebagai berikut:
Harapan
(seharusnya) : Mahasiswa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh
pegawai
Politeknik karena jumlah pegawai sudah
sebanding dengan jum-
lah mahasiswa.
Kenyataannya
(fakta) : Mahasiswa Politeknik
A masih protes, karena merasa belum di-
layani dengan baik.
Sehingga
masalah dapat ditulis singkat sebagai berikut: “Mahasiswa Politeknik A belum puas
dengan pelayanan yang diberikan oleh para pegawai lembaga pendidikan tersebut”.
Di
depan disampaikan bahwa penelitian itu dilakukan karena ada masalah. Namun,
Riyanto (2011) berpesan bahwa tidak semua masalah yang ditemukan harus
dilakukan penelitian. Masalah yang tidak perlu diteliti (lanjutnya) adalah
masalah yang sudah pasti alternative pemecahannya. Berikut ini diberikan
ilustrasinya.
Contoh
kasus 2.
Di
ruang rawat inap pada sebuah rumah sakit X bertugas dua orang perawat yang
menangani 20 orang pasien. Berdasarkan hasil survey banyak pasien yang mengeluh
dan kurang puas terhadap pelayanan oleh kedua perawat tersebut. Hal seperti ini
tidak perlu dilakukan penelitian, karena tanpa penelitianpun sudah dapat diduga
bahwa keluhan para pasien tersebut disebabkan kekurangan tenaga perawat.
Sebagai
pendalaman dari pendapat tentang masalah yang tersebut diatas, Istijanto (2010)
memperingatkan, bahwa kita harus berhati-hati dalam menentukan “masalah”.
Akibat ketidakte-patan penentuan masalah (lanjutnya) akan berakibat fatal,
yaitu:
1.
Penentuan
desain penelitian yang tidak tepat.
2.
Pengambilan
sampel yang salah.
3.
Pengumpulan
data yang tidak relevan.
4.
Akhirnya,
berdampak pada hasil penelitian yang tidak berguna.
Hal-hal
yang disebutkan diatas merupakan bukti “betapa pentingnya” penentuan masalah
itu, karena komponen atau factor yang melandasi masalah sangat bervariasi dan
komplek.
Dalam
menentukan masalah ini, tambah Istiyanto, orang sering terkecoh pada “gejala
yang tampak” daripada “masalahnya” sendiri.
Tingkat
ketidakhadiran para karyawan tinggi, contohnya, sering melakukan demo, mogok
kerja dan keluhan yang selalu meningkat adalah merupakan hal-hal yang
disampaikan oleh para manajer perusahaan
sebagai suatu “masalah”. Padahal kondisi-kondisi yang disebutkan ini
hanyalah “gejala yang merupakan dampak / hasil dari masalah yang sebenarnya”.
C.
SYARAT
– SYARAT MASALAH PENELITIAN
Agar
supaya suatu masalah dapat diangkat menjadi “suatu masalah penelitian” maka
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Masih
baru.
Pertimbangan dalam memilih masalah dalam suatu
penelitian adalah: (1) masalah tersebut masih baru dan berkembang di
masyarakat, (2) belum pernah diungkap
oleh peneliti lain.
b. Menarik
dan actual.
Masalah tersebut benar-benar terjadi di masyarakat,
menjadi masalah masyarakat dan bukan menjadi masalah peneliti. Untuk memastikan
apakah masalah tersebut actual, disarankan agar peneliti datang ke lapangan dan
berkomunikasi langsung dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat.
c. Praktis.
Penelitian supaya dilakukan dengan mempertimbangkan
tenaga, dana, dan waktu yang dimiliki. Banyak hal yang dapat dilakukan agar
penelitian lebih praktis yaitu misalnya dengan memodifikasi jumlah sampel,
desain penelitian, dan sebagainya.
d. Memadai.
Masalah yang dibahas dalam penelitian hendaknya
dibatasi ruang lingkupnya, jangan terlalu luas, dan jangan terlalu sempit.
Pembatasan ruang lingkup ini harus disesuaikan dengan kemampuan tenaga, dana,
dan waktu yang tersedia.
e. Etis.
Suatu penelitian hendaknya dilakukan tidak
bertentangan dengan “etika”. Oleh karena itu sebelum melakukan penelitian,
peneliti sebaiknya meminta persetujuan dari responden atau orang yang akan
diteliti dan lebih baik lagi jika peneliti meminta persetujuan dari komisi
etika medis setempat.
D.
IDENTIFIKASI
MASALAH PENELITIAN
Di
depan diuraikan bahwa sebelum penelitian dimulai maka harus dilakukan studi
pendahuluan lebih dahulu. Melalui studi pendahululuan ini peneliti memperoleh
unsur-unsur:
a. Informasi
lapangan.
Kenyataan yang ada di lapangan kadang-kadang tidak
sesuai dengan teori, hal ini hanya dapat diketahui jika peneliti berada di
lapangan. Selain itu peneliti juga dapat memperoleh informasi mengenai masalah
dari observasi langsung, wawancara, pengumpulan data kesehatan pada instansi
kesehatan.
Contoh: data kejadian penyakit dari Puskemas, dinas
kesehatan dan departemen kesehatan.
b. Kepustakaan.
Peneliti harus mengikuti publikasi ilmiah yang
terbaru. Banyak artikel yang menyebutkan bahwa suatu masalah kesehatan hingga
saat ini belum ditemukan pemecahannya.
c. Bahan
diskusi, seminar, symposium, lokakarya dan sebagainya. Sering pada seminar
dibahas tentang masalah yang lagi actual. Hasil seminar tersebut dapat
dikembangkan menjadi masalah penelitian.
d. Pendapat
para pakar.
Ada pendapat para pakar yang masih bersifat
menduga-duga sehingga dapat dicari landasan teorinya untuk dikembangkan menjadi
masalah penelitian.
e. Sumber
Non Ilmiah.
antara Sugiyono (2008) mengatakan bahwa sumber
masalah dapat terjadi antara lain pada hal – hal berikut:
1. Datang
perubahan yang tidak diinginkan,
2. Terdapat
penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan,
3. Ada
pengaduan dari pihak – pihak tertentu,
4. Ada
kompetisi antara pihak tertentu
E.
RUMUSAN
MASALAH
Rumusan masalah berbeda
dengan masalah. Kalau masalah itu merupakan kesenjangan antara yang diharapkan
dengan yang terjadi, maka rumusan masalah
itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan
data. Namun demikian, terdapat kaitan yang erat antara masalah dengan rumusan
masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah
yang ada.
Sugiyono (2011)
menyatakan bahwa bentuk rumusan masalah penelitian itu dikembangkan berdasarkan
tingkat eksplanasi (level of explanation). Bentuk masalah tersebut, lanjutnya, dapat
dikelompokan kedalam bentuk masalah: deskriptif,
komparatif ,asosiatif dan komparatif asosiatif (lihat gambar 2.2).
Sumber: Sugiyono
(2011), Metode Penelitian Kombinasi
(Mixed Methods), Bandung: Penerbit Alfabeta
CV, Cetakan ke 1.
ü Rumusan masalah deskriptif.
Rumusan masalah
deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan
terhadap keberadaan variabel mandiri (independent), baik satu variabel maupun lebih. Jadi dalam penelitian ini,
peneliti tidak membandingkan variabel itu dengan variabel lain. Penelitian ini
dinamakan penelitian deskriptif.
Contoh:
Ø Seberapa baik kinerja
Departemen Pendidikan Nasional ?
Ø Bagaimanakah
sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri Berbadan Hukum ?
Ø Seberapa tinggi
tingkat kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan Politeknik ?
ü Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan masalah
komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu
variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu
yang berbeda.
Contoh:
Ø Adakah perbedaan
prestasi belajar antara murid dari
sekolah negeri dan swasta ? (Variabel penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel, yaitu sekolah negeri dan swasta).
Ø Adakah perbedaan
disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Desa ? (satu variabel dua
sampel).
Ø Adakah perbedaan
motivasi belajar dan hasil belajar antara murid yang berasal dari keluarga
Guru, Pegawai Swasta, dan Pedagang ? (dua variabel, tiga sampel).
Ø Adakah perbedaan
kompetensi professional guru dan kepala sekolah antara SD, SMP, dan SLTA ?
(satu variabel untuk dua kelompok, pada tiga sampel).
ü Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah
asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang menanyakan hubungan antara dua
variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan
kausal, dan hubungan timbal balik
/ interaktif / reciprocal.
Ø Hubungan simetris
Hubungan simetris
adalah hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya
bersama. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif.
Contoh:
- Adakah hubungan antara jumlah minuman es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid sekolah ? (Variabel pertama adalah penjualan es dan kedua adalah kejahatan).
- Adakah hubungan antara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak ?
- Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin sekolah ?
Contoh judul penelitiannya
adalah:
- Hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid sekolah.
- Hubungan antara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak.
- Hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin sekolah.
Ø Hubungan kausal
Hubungan kausal adalah
hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi di sini ada variabel independent
(yang mempengaruhi) dan dependen (yang dipengaruhi).
Contoh rumusan masalah:
- Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak ? (pendidikan orang tua, variable independent, dan prestasi belajar, variabel dependen).
- Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan ? (kepemimpinan, variabel independent, kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan, variabel dependent).
- Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan, dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah ? (kurikulum, media pendidikan, kualitas guru adalah variabel independent sementara kualitas SDM adalah variable dependent).
Contoh judul
penelitiannya:
- Pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak di SD Kabupaten Gemah Ripah.
- Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan pada SMK di Kota Galuh.
- Pengaruh kurikulum, media pendidikan, dan kualitas guru terhadap kualitas lulusan dari SMK Angkasa.
Ø Hubungan timbal balik / interaktif / reciprocal
Hubungan interaktif
adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Disini tidak diketahui mana variabel
independen dan dependen.
Contoh:
- Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar anak SD di Kecamatan A. Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi, tetapi dapat juga dikatakan prestasi dapat mempengaruhi motivasi.
- Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan.
ü Rumusan Masalah Komparatif-Asosiatif.
Rumusan masalah
komparatif-asosiatif adalah rumusan masalah yang menanyakan perbandingan
korelasi antara dua variable atau lebih pada sampel atau populasi yang berbeda.
Contoh:
- Adakah perbedaan korelasi kualitas pelayanan dengan nilai penjualan antara Toko A dan Toko B?
- Adakah perbedaan pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin pegawai antara Lembaga Pemerintah dan Swasta?
A.
VARIABEL
PENELITIAN
- Pengertian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.
Sehubungan dengan ini, Sugiyono (2008) mengatakan bahwa variabel penelitian
adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan.
- Macam – macam variabel
Berdasarkan hubungan antara variabel satu dengan
variabel lainnya, maka dapat dibedakan menjadi:
- Variabel independen (bebas)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).
- Variabel Dependen (terikat)
Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena ada
variabel bebas.
Gambar 02 - 2: Contoh hubungan variabel bebas dan
terikat
- Variabel Moderator
Variabel moderator
adalah variabel yang mempengaruhi ( memperkuat atau memperlemah) hubungan
antara variabel bebas dan terikat. Variabel ini juga disebut variabel bebas kedua.
Contoh:
Hubungan motivasi dan
prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan guru dalam menciptakan iklim
belajar sangat baik, dan hubungan semakin rendah bila peranan guru kurang baik.
Lihat gambar 02 - 3.
Gambar 02 - 3: Contoh hubungan variabel bebas,
moderator, dan terikat.
Variabel intervening
Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan terikat menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.
Variabel intervening
Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan terikat menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.
Contoh:
Tinggi rendahnya
penghasilan akan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap harapan hidup
(panjang pendeknya umur). Dalam hal ini ada variabel antara, yaitu gaya hidup
seseorang. Antara variabel penghasilan dengan gaya hidup, terdapat variabel
moderator, yaitu budaya lingkungan tempat tinggal. Lihat gambar 02 - 4.- Variabel control
Variabel control adalah variable yang dikendalikan
atau dibuat konstan sehingga hubungan variable bebas terhadap variable terikat
tidak dipengaruhi oleh factor luar yang tidak diteliti. Variabel control sering
digunakan oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian yang bersifat
membandingkan.
Contoh:
Pengaruh jenis pendidikan terhadap ketrampilan mengetik. Variabel bebas adalah pendidikan
(SMU dan SMK). Variabel kontrol yang ditetapkan sama misalnya: naskah yang diketik sama, mesin tik yang digunakan sama, ruang tempat mengetik sama. Dengan
adanya variabel kontrol tersebut, maka besarnya pengaruh jenis pendidikan
terhadap ketrampilan mengetik dapat diketahui lebih pasti.
Gambar 02 - 5: Contoh
hubungan variabel bebas, control, dan
terikat.
E.
PARADIGMA
PENELITIAN
Paradigma penelitian adalah pola
pikir yang menunjukkan hubungan antar variabel yang akan diteliti yang
sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab
melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan
jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan.
Bentuk
paradigma atau model penelitian kuantitatif
tersebut disajikan dalam uraian
sebagai berikut:
- Paradigma Sederhana
Gambar 02 – 6 Paradigma sederhana
Berdasarkan paradigma tersebut dapat ditentukan:
- Jumlah rumusan masalah deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu yaitu:
1)
Rumusan
masalah deskriptif (dua)
a.
Bagaimana
X (kualitas guru)
b.
Bagaimana
Y (prestasi belajar murid)
2)
Rumusan
masalah asosiatif / hubungan (satu)
Bagaimana pengaruh kualitas guru terhadap kualitas lulusan yang
dihasilkan.
- Teori yang digunakan ada dua, yaitu: (1) teori tentang media pendidikan dan (2) teori tentang prestasi belajar.
- Hipotesis yang dirumuskan ada dua macam hipotesis deskriptif dan sebuah hipotesis asosiatif.
1)
Contoh
dua hipotesis deskriptif (jarang dirumuskan)
a.
Kualitas
media yang digunakan oleh lembaga
pendidikan tersebut telah mencapai 70 % baik.
b.
Prestasi
belajar siswa lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 99 % dari yang
diharapkan.
2)
Hipotesis
asosiatif:
Ada hubungan yang
positif dan signifikan antara kualitas
media pendidikan dengan prestasi belajar murid. Hal ini berarti
bila kualitas media pendidikan ditingkatkan, maka prestasi belajar murid akan
meningkat pada gradasi yang tinggi. Kata signifikan digunakan bila hasil uji
hipotesis akan digeneralisir ke populasi dimana sample tersebut diambil.
- Teknik analisa data.
Berdasarkan rumusan
masalah dan hipotesis tersebut, maka dapat ditentukan teknik statistik yang
digunakan untuk analisis data dan menguji hipotesis.
1)
Untuk
dua hipotesis deskriptif, bila datanya berbentuk interval dan ratio, maka
pengujian hipotesis menggunakan t-test one sample.
2)
Untuk
hipotesis asosiatif, bila data kedua variabel berbentuk interval dan ratio,
maka menggunakan teknik Statistik
Korelasi Product Moment.
- Paradigma Sederhana Berurutan
Contoh:
X1 = kualitas input
X2 = kualitas proses
X3 = kualitas output
Keterangan:
Paradigma sederhana
berurutan menunjukkan hubungan antara satu variabel bebas dengan satu variabel
terikat secara berurutan. Untuk mencari hubungan antar variabel (X1 dengan X2;
X2 dengan X3; X3 dengan Y) tersebut digunakan teknik korelasi sederhana. Naik
turun harga Y dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y atas X3, dengan
persamaan Y = a + bX3. Berdasarkan contoh 1 tersebut dapat dihitung jumlah
rumusan masalah deskriptif dan asosiatif.
Gambar
02 – 7 Paradigma sederhana berurutan
- Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen dan Satu Dependen
Contoh:
X1 = Kompetensi guru, R1 = korelasi sederhana antara X1
dengan Y
X2 = Lingkungan
sekolah, R2 = korelasi sederhana
antara X2 dengan Y
Y = Prestasi belajar murid, R3 = korelasi sederhana antara X1 dengan X2
R = Korelasi ganda X1 dan X2 dengan Y.
Keterangan:
X1 dan X2 adalah variabel independen(bebas).
Y adalah variabel dependen (terikat).
Untuk mencari hubungan X1 dengan Y, X2 dengan Y, dan
X1 dengan X2 menggunakan teknik korelasi sederhana.
Untuk mencari hubungan X1 dengan X2 secara bersama –
sama terhadap Y menggunakan teknik korelasi ganda.
Gambar 02 – 8 Paradigma ganda dengan
dua variabel independen dan satu
Dependen.
- Paradigma Ganda dengan Tiga Variabel Independen dan Satu Depanden
Misal:
X1 = kualitas mesin
produksi; X3 = etos
belajar;
X2 = pengalaman kerja; Y = produktivitas kerja.
Keterangan:
X1, X2, X3 = variabel independen (bebas)
Y = variabel dependen (terikat)
Untuk mencari besarnya hubungan antara X1 dengan Y;
X2 dengan Y; X3 dengan Y; X1 dengan X2; X2 dengan X3; dan X1 dengan X3 dapat
menggunakan korelasi sederhana.
Untuk mencari besarnya hubungan antar X1 secara
bersama – sama dengan X2 dan X3 terhadap Y digunakan korelasi ganda. Regresi
sederhana, dan ganda serta korelasi
parsial dapat digunakan untuk analisis dalam paradigma ini.
Gambar 02 – 9 Paradigma
ganda dengan tiga variabel independen dan satu
Dependen.
Misal:
X = tingkat pendidikan;
Y1
= karir di tempat kerja;
Y2
= disiplin kerja.
Keterangan:
Untuk mencari besarnya hubungan antara X dengan Y1,
dan X dengan Y2 digunakan teknik korelasi sederhana. Demikian juga untuk Y1
dengan Y2. Analisis regresi juga dapat dilakukan disini.
Gambar
02 – 10 Paradigma ganda dengan satu variabel independen dan dua
dependen.
- Paradigma ganda dengan Dua Variabel Independen dan Dua Dependen
Misal:
X1 = keindahan
kampus; Y1 = jumlah pendaftar
X2 = pelayanan sekolah; Y2 = kepuasan
pelayanan
Keterangan:
X1 dan X2 = variabel independen
Y1 dan Y2 = variabel dependen
Hubungan antar variabel r1, r2, r3, r4, r5, dan r6
dapat dianalisis dengan teknik korelasi sederhana. Hubungan antara X1 bersama –
sama dengan X2 terhadap Y1 dan X1 & X2 bersama – sama terhadap Y2 dapat
dianalisis dengan korelasi ganda. Analisis regresi sederhana maupun ganda dapat
juga digunakan untuk memprediksi jumlah pendaftar dan kepuasan pelanggan sekolah
tersebut.
Gambar
02 – 11 Paradigma ganda dengan dua
variabel independen dan dua
Dependen.
Misal:
X1 = Status social
ekonomi; X2 = IQ;
X3 = Motivasi
berprestasi; Y = Prestasi belajar (achievement)
(n ach)
Keterangan:
Paradigma jalur.
Teknik analisis statistik yang digunakan dinamakan path analysis (analisis jalur).
Analisis menggunakan korelasi dan regresi sehingga
dapat diketahui sampai pada variabel dependen terakhir, harus lewat jalur
langsung, atau melalui variabel intervening.
Dalam paradigma ini terdapat 4 rumusan masalah
deskriptif , dan 6 rumusan masalah hubungan.
Gambar
02 – 12 Paradigma Jalur
Paradigma ini dinamakan paradigma jalur, karena terdapat variabel yang berfungsi sebagai
jalur antara (X3). Variabel antara ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah
untuk mencapai sasaran akhir harus melewati variabel antara itu atau langsung
ke sasaran akhir.
trimakasih atas artikel yang saya baca ini, sangat terbantu sekali untuk menyelesaikan tugas kuliah saya. smoga jadi amal baik anda yang akan diterima Allah.
BalasHapusSANGAT SANGAT MEMBANTU. TERIMA KASIH. SAYA DARI TEKNIK SIPIL UNJ.
BalasHapus